Ia
menjelaskan rencana kenaikan tarif bbm pada
2012 tersebut merupakan hal yang sulit dihindari karena tahun ini rencana
tersebut tidak terealisasi.
Menurut
Bambang, pemerintah ingin menyesuaikan tarif keadilan sesuai dengan konsumsi
dasar masyarakat dan seharusnya hal itu bukan hanya industri saja yang harus
menanggung beban.
“TTL tidak
terlalu besar (dampak inflasinya). Kalau listrik itu lebih berpengaruh pada
daya saing industri. Kalau biaya inputnya lebih besar porsinya,” ujarnya.
Pemerintah
berencana menaikkan tarif listrik sebesar rata-rata sepuluh persen pada April
2012 namun kenaikan tidak terjadi pada konsumen Rumah Tangga Miskin (RTM).
Namun,
Menteri Keuangan Agus Martowardojo memastikan kebijakan ini akan dibicarakan
terlebih dahulu dengan DPR, apalagi rencana pemerintah untuk menaikkan TDL 10
hingga 15 persen pada tahun ini tidak disetujui oleh DPR.
“Jadi ini
tentu sesuatu yang harus dibicarakan dengan DPR dalam diskusi RAPBN 2012,
karena tahun lalu perencanaan kita 10-15 persen tapi tidak berhasil mendapatkan
persetujuan dari DPR, jadi ini tentu tantangan pemerintah untuk bisa berdiskusi
dengan DPR,” ujarnya.
Sementara
untuk kebijakan subsidi listrik pada 2012, pemerintah akan menjaga penyediaan
tenaga listrik secara efisien dan menjaga kesinambungan kepentingan penyediaan
listrik dan konsumen.
Selain itu,
pemerintah juga memastikan akan memberikan subsidi listrik kepada golongan
pelanggan yang lebih tepat sasaran dengan didukung kebijakan tarif.
Sedangkan,
terkait kebijakan energi BBM, pemerintah tidak berencana untuk menaikkan harga
BBM karena pemerintah telah memiliki road map yang jelas yaitu melakukan
pengaturan secara tertutup dan bertahap.
Pemerintah
dalam RAPBN 2012 juga menetapkan asumsi laju inflasi sebesar 5,3 persen.
(ANT/K004) Editor: B Kunto Wibisono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar