Sabtu, 05 Mei 2012

Bagaimana anda melihat hukum di indonesia


BAGAIMANA ANDA MELIHAT HUKUM DI INDONESIA



HUKUM kita bukan hanya sakit, melainkan sudah sakit jiwa. Kata-kata itu terlontar dari mulut teman saya yang kesal melihat hukum kita. Betapa tidak, seorang anak yang melempar seekor burung dan mengenai kandang ayam seorang pengusaha di Sulawesi Selatan harus berurusan dengan pengadilan.
Lagi-lagi, masih di Sulawesi Selatan, seorang anak di bawah umur yang kedapatan membawa besi rongsokan dilaporkan pemilik ke pengadilan dan akhirnya diadili di pengadilan setempat. Padahal, nenek si bocah sudah meratap, menghiba memohon si orang kaya pemilik besi rongsokan mencabut tuntutannya.
"Mudahnya hukum kita menyeret orang tak berdaya (miskin) ke pengadilan. Sementara anggota DPR, DPRD, yang jelas-jelas merampok uang rakyat, sulit sekali untuk dibawa ke meja hijau," kata istri saya sedih.

Hukum kita memang sakit jiwa ketika serentetan peristiwa remeh-temeh menjadi berita besar, karena hakim dan jaksa bagai kerbau dicocok hidung oleh kaum borjuis (kaya). Hati nurani mereka hilang di hadapan rupiah.
Kita jangan lagi bicara Prita, yang harus merasakan dinginnya jeruji besi karena keangkuhan manajemen Rumah Sakit Internasional Omni. Kita jangan lagi melihat Nenek Minah yang harus menjalani persidangan karena emapt buah kakao seharga Rp2.500. Dan kita jangan lagi membahas AAL, yang harus divonis bersalah karena sendal butut polisi kita yang semakin sombong.

Saat ini di Bandar Lampung sendiri, hakim kita tampaknya sudah keblinger oleh profesi yang dijalani. Di mana, wartawan yang menuliskan berita di komunikator dilarang. Ulah jadul hakim yang meminta wartawan harus menulis pakai pena, semakin menunjukkan kampungannya hukum kita. Zaman sudah canggih masih mengharuskan orang bekerja secara primitif.
Ironis lagi, wartawan yang memakai jaket saat meliput sidang akan dikenakan pidana. Sebuah kegiatan nyeleneh dari aparat peradilan yang semakin kaku dengan dunia jurnalistik. "Padahal, mereka (hakim, jaksa, pejabat, koruptor), dapat terkenal karena wartawan," kata teman menimpali. 
sumber   :  http://www.lampungpost.com/nuansa/23063-hukum-kita-yang-sakit.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar